Keanekaragaman Pulau Lombok
Halo semuanya!! Di kesempatan kali ini saya akan membahas tentang unsur-unsur kebudayaan di Pulau Lombok, seperti apa Bahasa yang digunakan, kesenian, sistem religi, dan yang lainnya. Namun sebelum kita masuk ke pembahasan tersebut, Lombok itu sebenarnya apa?
Lombok adalah sebuah pulau di Kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yang terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelah barat dan Selat Alas di sebelah timur dari Sumbawa. Pulau ini kurang lebih berbentuk bulat dengan semacam "ekor" di sisi barat daya yang panjangnya kurang lebih 70 km. Pulau Lombok terkenal akan pantai-pantainya yang memanjakan mata seperti Pantai Pink, Pantai Senggigi, dan juga Pantai Tanjung Aan. Nah teman-teman pastinya udah nggak sabar dong untuk mengetahui Pulau Lombok lebih dalam? Maka dari itu mari kita masuk ke poin-poin yang lain yaa!
Bahasa
Pertama-tama yaitu Bahasa, Bahasa yang digunakan oleh mayoritas penduduk Lombok adalah Bahasa Sasak. Bahasa ini hampir sama dengan Bahasa Sumbawa dan Bali. Bahasa Sasak memiliki tingkatan Bahasa formal dan non formal, penggunaannya ditentukan oleh siapa lawan bicara kita. Bahasa Sasak digunakan oleh masyarakat Sasak yang tinggal di Kawasan pedesaan Pulau Lombok. Namun untuk Bahasa di lingkungan Pendidikan, perkantoran dan antar etnis menggunakan Bahasa Indonesia.
Bahasa sasak terbagi menjadi 4, yaitu:
Dialek [a-a]
Dialek ini menyebar di daerah Pegunungan Sembalun, Bayan, Tanjung sampai ke
Pringgasaela.
Dialek [a-â]
Dialek ini menyebar dari barat ke timur Pulau Lombok, yaitu dari Tanjung sampai ke
Pringgasela. Dialek ini merupakan dialek yang paling banyak digunakan jika
dibandingkan dengan ketiga dialek lainnya
Dialek [â-â]
Dialek ini tersebar pada sebagian kecil wilayah Lombok Barat, Lombok Tengah, dan
Lombok Timur.
Dialek [a-o]
Dialek ini tersebar di wilayah Lombok Tengah.
Sistem Pengetahuan
Perhitungan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Sasak. Mereka percaya apabila melakukan sesuatu pada hari baik maka akan mendapatkan hal yang baik dan keberuntungan yang banyak, sebaliknya jika melakukan sesuatu pada hari yang jelek kemungkinan besar akan gagal atau mendapatkan hambatan bahkan bisa membawa musibah.
Penanggalan atau pengetahuan tentang waktu ini disebut dengan istilah Bintang Rowot. Pengetahuan tentang konsep Bintang Rowot sendiri merupakan ajaran turun-temurun dari nenek moyang yang hanya dikuasai oleh pemimpin-pemimpin adat. Ajaran ini juga digunakan untuk menunjukkan waktu yang baik untuk menanam dan memanen bagi para petani. Bintang Rowot biasanya muncul pada tanggal 5, 15, atau 25. Perhitungan Bintang Rowot terbilang cukup unik karena jumlah hari dalam setahunnya adalah 360 hari atau 30 hari dalam sebulan.
Sistem Organisasi Kemasyarakatan
Nah kali ini kita akan mengamati sistem organisasi kemasyarakatan di Suku Sasak. Suku
Sasak menggunakan sistem pelapisan sosial yang didasari keturunan yang berasal dari pihak
laki-laki (Patrilineal). Pelapisan sosial di Suku Sasak dikenal dengan nama wangsa. Pelapisan
sosial Suku Sasak dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu:
Perwangsa Raden, Perwangsa raden merupakan lapisan yang paling tinggi. Sebutan untuk pria di kelas ini adalah raden dan untuk Wanita adalah denda.
Triwangsa, dalam tingkatan Triwangsa, lelaki memakai gelar Lalu dan Baia untuk Wanita.
Jajar karang, dalam tingkatan Jajar Karang, paggilan untuk laki-lakinya adalah log dan untuk Wanita adalah le.
Dalam pelapisan Suku Sasak, setiap lapisan memiliki perbedaan hak. Para bangsawan tidak perlu melakukan gotong royong. Hak-hak ini kemudian diteruskan pada kaum colonial dengan maksud agar lebih mudah memeras masyarakat. Tidak ada kewajiban khusus bagi masyarakat karena perbedaan statusnya. Kebanyakan kelas bangsawan adalah pemegang kekuasaan seperti kepala desa dan kepala distrik yang berkewajiban meneruskan perintah dari atasan. Dalam peranan di masyarakat, perbedaan pelapisan tidak menunjukan peranan yang lebih besar antara satu individu dengan yang lainya. Semua anggota masyarakat harus menjunjung tinggi agama dan adat.
Sistem Mata Pencaharian Hidup dan Sistem Ekonomi.
Petani menjadi mata pencaharian utama bagi beberapa penduduk Pulau Lombok meskipun kondisi pulau sebagian besar berupa pegunungan. Karena lahan pertanian di Pulau Lombok masih luas dan sebagian besar subur, maka hasil pertaniannya pun bermacam-macam. Misalnya di bagian utara pulau hasil pertaniannya berupa padi, jagung, kedelai, dan tembakau, sedangkan di bagian selatan pulau menghasilkan padi. Masa panennya adalah setahun sekali karena daerah yang kering dan berbukit. Sementara untuk para Wanita, mereka memintal dan menenun kain ikat sebagai pekerjaan sampingan.
Nah untuk perekonomian Lombok, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) mereka berkurang sebesar Rp300 miliar. Hal ini bisa terjadi karena hilangnya pendapatan dari pajak dan juga retribusi sektor pariwisata. Bupati Lombok Utara menjelaskan bahwa perekonomian Lombok Utara tidak bisa hanya bergantung pada sektor pariwisata karena Covid-19, beliau berharap sektor pertanian bisa menjadi andalan perekonomian daerah di masa mendatang.
Sistem religi
Masyarakat Lombok tidak hanya menganut satu kepercayaan saja loh!
Mayoritas Suku Sasak memeluk agama Islam. Selain itu, ada juga yang menganut agama Hindu, Budha, dan Animisme. Minoritas Suku Sasak memeluk ajaran Islam Wetu Telu. Dalam ajaran Islam Wetu Telu penganut hanya mengimani 3 rukun islam yaitu membaca 2 kalimat syahadat, salat, dan puasa yang hanya dilakukan oleh pemimpin agamanya yang disebut sebagai Kyai. Bagi penganut Islam Wetu Telu, kyai adalah sosok yang menghubungkan penganut Wetu Telu dengan Sang Maha Kuasa. Pelaksanaan salatnya pun hanya 3 kali sehari. Konon hal ini terjadi karena penyebaran islam di Lombok tidak sempurna karena sistemnya bertahap. Saat ini penganut Islam Wetu Telu sudah sangat sedikit dan hanya diyakini oleh generasi-generasi tua di daerah tertentu. Penganut Wetu Telu semakin lama berkurang karena adanya pendakwah Islam yang mencoba untuk meluruskan agama Islam.
Kesenian
a. Tari gandrung
Tari Gandrung Lombok merupakan sebuah tarian rakyat dari Suku Sasak yang berada
di Pulau Lombok. Tari Gandrung Lombok dilakukan antara penari Wanita dan pria yang
diiringi dengan seperangkat gamelan. Konon tarian ini lahir saat gamelan baru selesai
digunakan dalam sebuah acara resmi. Para keraton melihat kesempatan ini untuk
bergembira dengan memainkan gamelan. Pola tari gandrung ini unik karena tidak
mengikuti gerak iringan lagu dengan patokan yang lazim. Foto di bawah ini adalah
contoh Tari Gandrung khas Lombok.
Gendang Beleq
Gendang beleq merupakan salah satu alat musik tradisional yang diwariskan
masyarakat terdahulu Suku Sasak. Kelompok penabuh gendang ini biasanya terdiri
dari belasan personel. Biasanya mereka tampil sebagai penghibur saat hajatan.
Gendang beleq biasanya digunakan sebagai pengiring tradisi nyongkolan saat resepsi
pernikanan. Gendang beleq juga digunakan untuk hajatan lain seperti saat
pelaksanaan khitanan atau kegiatan adat lainnya. Namun, sebelum alat musik ini
digunakan untuk acara perayaan, gendang beleq awalnya digunakan untuk memberi
semangat saat mengantar atau menyambut pasukan perang. Gendang beleq
diperkirakan sudah ada sejak abad ke-14. Berikut adalah gambar Gendang Beleq.
Sumber:
http://lilianyratna.blogspot.com/2014/12/analisa-kebudayaan-suku-sasak.html?m=1
https://dapobas.kemdikbud.go.id/home?show=isidata&id=305
Komentar
Posting Komentar