MENGENAL KERAGAMAN DAN KEBUDAYAAN DI NTT (Nusa Tenggara Timur)

  1. Bahasa

Di dari keragaman bahasa nya. NTT memang memiliki daerah yang sangat luas dan memiliki penduduk sebanyak 5,4 jiwa. Yang terdiri dari 16 suku nya yang mendiami beberapa pulau kecil dan besar. Karena keragaman suku nya itu, NTT disebut juga dengan daerah yang memiliki cukup banyak bahasa daerah, sebanyak 68  bahasa.


Dan inilah beberapa bahasa daerah dari NTT :

  • bahasa abui : merupakan bahasa penutut kalon, dan dituturkan di desa dede kadu, kecamatan loli, kabupaten sumba barat.

  • bahasa adang : bahasa adang dituturkan di desa lenang, kecamatan umbu ratu nggay, kabupaten sumbu tengah.

  • Bahasa Alor : Bahasa Alor dituturkan di Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor. Bahasa Alor terdiri atas tiga dialek, yaitu  dialek Nlauta yang dituturkan di Desa Mauta, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor;  dialek Tubbe yang dituturkan di Desa Tude, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor; dan dialek Lamma yang dituturkan di Desa Kalondama, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor.

  • bahasa kabola : Bahasa Kabola dituturkan di Desa Kabola, Kecamatan Kabola, Kabupaten Alor. Bahasa Kabola dituturkan oleh masyarakat Dulolong.

  • bahasa labala : Bahasa Labala dituturkan oleh etnik Labala yang tinggal di Desa Lewo Raja, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata. Bahasa Labala juga dituturkan di Desa Pantai Harapan dan Desa Atakera.


  1. Sistem Pengetahuan

Salah satu faktor yang menyulitkan Indonesia adalah demografis, yaitu jumlah penduduk yang besar dan negeri kepulauan yang paling luas. NTT juga provinsi kepulauan dengan infrastruktur dan konektivitas yang jauh dari memadai. Malah, sebanyak 11 persen sekolah atau ruang kelas rusak dan tidak layak.


Meski alokasi APBN minimal 20 persen untuk pendidikan, tetapi alokasinya berbeda-beda setiap provinsi, selain kemampuan pemerintah daerah masing-masing. Dari Rp 416,1 triliun dalam APBN 2017, sebagian besar dialokasi ke daerah melalui transfer daerah. Sudah jadi pengetahuan umum, alokasi anggaran masih didominasi dan terkonsentrasi di Jawa. Ketiga, selain banyak sekolah dan ruang kelas yang rusak, masalah yang juga tidak kalah memprihatinkan kita adalah gaji guru, terlebih lagi yang masih berstatus honorer yang hanya diimbali Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu per bulan. Ini memang sangat tidak layak dan menyedihkan.


Pendidikan dan Ekonomi

Arah program dan kebijakan pendidikan di NTT sebaiknya dikaitkan dengan potensi sumber daya dan perkembangan ekonomi. Dengan potensi dan perkembangan ekonomi ini pula program dan kebijakan pendidikan akan lebih spesifik dan efektif.


Banyak lembaga pendidikan di NTT sudah memiliki fondasi yang kuat, seperti filosofi dan pemikiran, pengembangan kurikulum, serta metode belajar-mengajar yang terus berkembang. Dari pendidikan ini pula lahir sejumlah orang yang berprestasi dalam bidang masing-masing.

Namun, dengan impitan ekonomi dan politik yang kurang mendukung, adanya angka putus sekolah dan keengganan melanjutkan pendidikan, bahkan banyak pula sarjana yang menganggur, menambah masalah NTT.


  1. Sistem Organisasi Kemasyarakatan

Sistem yang muncul karena kesadaran manusia bahwa meskipun diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna namun tetap memiliki kelemahan dan kelebihan masing – masing antar individu sehingga timbul rasa untuk berorganisasi dan bersatu. Salah satu contohnya suku Kui. Suku Kui merupakan kelompok masyarakat yang dalam kesehariannya memproduksi ujaran dan menciptakan serta produksi, resepsi, dan penggunaan berbagai bentuk material dapat diklaim memiliki dasar ontologis. Dalam melakukan hal  tersebut masyarakat Kui selalu bekerja bersama-sama untuk tujuan dapat tercapai dan selesai tepat waktu, selain itu juga untuk mempererat tali persaudaraan antar masyarakat suku Kui.


  1. Sistem Peralatan dan Teknologi

Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang – barang dan sesuatu yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan manusia dengan makhluk hidup yang lain.


Sistem peralatan hidup atau teknologi yang akan diambil sebagai contoh adalah dari suku Kui. Orang Kui berdiam didaerah kolona dan daerah Pureman sebagai  bagian dari wilayah administratif kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Suku Kui memiliki alat tenun yang berfungsi untuk membedakan motif tenun songket laki-laki dan pereperempuan


  1. Sistem Mata Pencaharian

Sebagian besar wilayah Nusa tenggara Timur tidak memiliki tanah yang subur, miskin sumber alam, dan iklimnya amat kering. Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi terkering di Indonesia. Tapi bukan berarti wilayah Nusa Tenggara Timur tidak punya potensi ekonomi yang memadai. Sebagian warga Nusa Tenggara Timur mengolah tanaman perkebunan dan tanaman komersial seperti cabe, kopi, kakao, dan mete yang hasilnya dijual ke pedagang perantara setempat atau dari luar pulau. Selain itu penduduk Nusa Tenggara Timur juga banyak yang beternak, terutama sapi dan kerbau, serta kerajinan tenun ikat dan ukiran. Usaha-usaha itu umumnya dilakukan dalam skala kecil dan menengah (UKM).


Sumba Barat Daya (SBD) merupakan salah satu dari empat kabupaten di Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang di atas 85 persen masyarakatnya bekerja di ektor pertanian. Walaupun demikian, saat ini Kabupaten Sumba Barat Daya dihadapkan dengan berbagai masalah dibidang pertanian yang meliputi budidaya, pengolahan pasca panen dan pemasaran. Selain itu, kurangnya pengetahuan akan teknis budidaya, perawatan, pengendalian hama penyakit terpadu menyebabkan rendahnya produktifitas dan kualitas produksi, pada saat yang sama perubahan iklim juga menambah tingginya permasalahan tersebut.


  1. Sistem Religi

Sebelum agama Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Buddha, Konghucu masuk ke Nusantara (Indonesia), beberapa agama tradisional sudah dianut oleh masyarakat Indonesia.

Seperti suku Toraja memiliki agama tradisional yang percaya bahwa manusia, kerbau, ayam, kapas, hujan, besi, bisa, dan padi sebagai unsur dasar dari alam ini, dibuat dan diturunkan dari langit.

Ada juga dari sumba masih menganut Marapu, dimana mereka hanya percaya bahwa kehidupan di dunia ini sementara dan bahwa setelah akhir zaman mereka akan hidup kekal di dunia roh, yaitu di surga Marapu yang dikenal sebagai Prai Marapu.


  1. Sistem Kesenian

Rumah adat di NTT yang paling terkenal adalah rumah adat Musalaki. Rumah adat Musalaki pada awalnya dipakai sebagai sebuah tempat tinggal bagi kepala suku dari beberapa suku yang ada di Nusa Tenggara Timur. Hingga saat ini, desain dari rumah adat Musalaki terus digunakan sebagai salah satu acuan desain utama bangunan pemerintahan seperti kantor Kelurahan, Kecamatan hingga Kabupaten pada provinsi Nusa Tenggara Timur.


Dalam sejarahnya, rumah adat Musalaki adalah rumah adat asli dari masyarakat suku Ende Lio. Nama rumah adat Musalaki tersebut berasal dari sebuah kata dalam bahasa tradisional Ende Lio yaitu Mosa yang dimaksud sebagai Ketua dan Laki yang memiliki arti adat. Apabila kata tersebut digabungkan maka akan menjadi “Ketua Adat” karena rumah Musalaki merupakan sebuah rumah yang menjadi tempat tinggal utama dari Kepala Suku dalam masyarakat suku Ende Lio.


Atap dari rumah adat Mbaru Niang terbuat dari daun lontar dan memiliki ketinggian hingga 15 meter. Atap yang berbahan dasar dari daun lontar ini ditutupi dengan ijuk dan bentuk atapnya dibiarkan terus menjulur dari atap hingga menyentuh tanah.


Susumber yang di dapat :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unsur Kebudayaan Kota Ambon