Banjarmasin
Halo readers! Perkenalkan saya Mifta Fisalsabila salah satu murid aktif kelas XI IIS 1 yang bersekolah SMAIT PUTRI ALHANIF. Selamat datang di blog ini yaaa… Mifta mau ngajak kalian nih para readers untuk mengenal unsur-unsur budaya Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Disimak baik-baik yaa!
Banjarmasin merupakan nama sebuah kota. Kota Banjarmasin adalah sebuah kotamadya yang juga merupakan ibukota dari provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kota Banjarmasin dikenal Kota Seribu Sungai yang memiliki wilayah seluas 98,46 km² terletak pada 3°15' sampai 3°22' Lintang Selatan dan 114°32' Bujur Timur, Kota ini dibelah oleh Sungai Martapura yang berhulu di Pegunungan Meratus dan di tepian timur sungai Barito. Kota Banjarmasin dipengaruhi oleh pasang surut air laut Jawa, memberikan ciri khas terhadap kehidupan masyarakat, terutama pemanfaatan sungai sebagai salah satu prasarana transportasi air, pariwisata, perikanan dan perdagangan.
Setelah mengenal sekilas dari Kota Banjarmasin, Mifta lanjut mengenalkan Kota Banjarmasin lebih luas lagi nih. Kebanyakan masyarakat yang bertempat tinggal di Kota Banjarmasin adalah Suku Banjar atau biasa dikenal dengan masyarakat Banjar. Ini 7 unsur-unsur budaya universal yang akan menjelaskan masyarakat Banjar secara mendetail.
Bahasa
Bahasa yang dipertuturkan oleh masyarakat Banjar adalah Bahasa Banjar atau Dayak Banjar yang merupakan sebuah dialek bahasa Dayak dari rumpun bahasa Melayu, sebagai bahasa ibu yang digunakan sehari-hari masyarakat di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Bahasa Banjar merupakan bahasa yang diturunkan kelompok bahasa Malayu Borneo Timur.
Di Kalimantan Selatan, bahasa Banjar adalah bahasa sastra lisan terbagi menjadi dua dialek besar, yaitu Banjar Kuala dan Banjar Hulu. Sebelum dikenal bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, pada zaman dahulu masyarakat Banjar menggunakan bahasa Melayu Banjar dengan menggunakan aksara Arab. Tulisan atau huruf yang digunakan umumnya huruf atau tulisan Arab gundul dengan bahasa tulis bahasa Melayu
Sistem pengetahuan
Dalam setiap kelompok masyarakat pasti mempunyai sistem pengetahuan yang khas, dimana sistem pengetahuan tersebut dapat diwariskan secara turu-temurun yang digunakan untuk menyesuaikan hidupnya dengan kehidupan alam sebagai tantangan bertahan hidup. Masyarakat Banjar pada umumnya mempunyai pengetahuan tentang:
Pengetahuan tentang Alam sekitar/tempat tinggal.
Pengetahuan masyarakat banjar tentang alam sekitar, yaitu pengetahuan mengenai musim-musim, dan gejala alam. Pengetahuan tentang musim ini digunakan masyarakatnya untuk menentukan kapan musim tanam bagi dan untuk mengetahui kapan musim yang baik untuk pergi melaut.
Pengetahuan tentang Fauna dan Flora di Daerahnya.
Pengetahuan masyarakat banjar tentang flora digunakan untuk mengetahui tumbuhan dan sayuran apa saja yang dapat dijadikan masakan dan pengobatan tradisional. Pengetahuan tentang fauna digunakan untuk mengetahui binatang yang dimanfaatkan untuk menjaga tanaman, binatang yang dapat dipelihara dan yang dapat dikonsumsi.
Pengetahuan tentang Pengobatan Tradisional.
Masyarakat Banjar mempunyai cara tradisional yang mereka yakini dapat menyembuhkan penyakit, yaitu Pengobatan Rohan. Penggobatan ini dilakukan oleh orang yang mempunyai pengetahuan agama yang luas, pengobatan ini menggunakan doa-doa atau ayat-ayat dari Al Quran yang ditiupkan kedalam air dan air itu diminumkan atau diusapkan ke muka si sakit. Dan dapat dilakukan oleh mereka yang mempunyai ilmu kebatinan dimana keberadaannya dibenarkankan oleh masyarakat karena terbukti dari penyembuhan penyakit yang mereka lakukan.
Metode pengobatan lainnya adalah Barajah atau Bawifiq. Caranya dengan menggunakan tulisan potongan ayat Alquran, asmaul husna, huruf Arab tunggal pilihan yang digurat atau dituliskan langsung kepada tubuh. Termasuk, media kertas, besi putih, tembaga, kuningan, perak, kulit sapi, kulit kambing, kulit rusa, kain putih, kain hijau dan kain kuning.
Organisasi Masyarakat
Organisasi masyarakat merupakan sistem kekerabatan atau sistem organisasi untuk mengatur kehidupan masyarakatnya. Organisasi masyarakat yang digunakan dalam kelompok masyarakat tersebut. Masyarakat banjar memiliki sistem kekerabatan yang dikenal dengan nama bubuhan. Bubuhan adalah merupakan kelompok kekerabatan ambilinial, seseorang menjadi warga masyarakat bubuhan karena ia masih se-keturunan dengan mereka, dari pihak ibu saja atau dari pihak ayah saja, mau pun kedua-duanya, dan menetap dalam lingkungan bubuhan tersebut. Seseorang dapat masuk menjadi warga kelompok apabila ia kawin dengan salah seorang warga dan menetap dalam lingkungan pemukiman mereka.
Kelompok bubuhan dipimpin oleh seorang warganya yang berwibawa. Ketika terbentuk pusat kekuasaan, kelompok masyarakat bubuhan diintegrasikan ke dalamnya, kewibawaan kepala bubuhan terhadap warganya diakui. Biasanya sebuah kelompok bubuhan membentuk sebuah anakkampung, gabungan beberapa masyarakat bubuhan membentuk sebuah kampung, dan salah seorang kepala bubuhan yang paling berwibawa diakui sebagai kepala kampung itu. Untuk mengkoordinasikan beberapa buah kampung ditetapkan seorang lurah, suatu jabatan kesultanan di daerah, yaitu biasanya seorang kepala bubuhan yang paling berwibawa pula. Beberapa orang lurah dikoordinasikan oleh seorang lalawangan, suatu jabatan yang mungkin dapat disamakan dengan jabatan bupati di Jawa.
Pada tingkat daerah memerintah tokoh-tokoh bubuhan, mulai dari lurah-lurah, yang dikoordinasikan oleh seorang lalawangan, berikutnya ialah kepala-kepala kampung, yang adalah seorang tokoh bubuhan, semuanya yang paling berwibawa di dalam lingkungannya, dan membawahi beberapa kelompok bubuhan rakyat jelata pada tingkat paling bawah. Peranan bubuhan ini sangat dominan pada zaman sultan-sultan, dan masih sangat kuat pada permulaan pemerintahan Hindia Belanda.
Peralatan Hidup Dan Teknologi
Peralatan hidup dan teknologi yang dimaksud adalah alat-alat yang diciptakan yang digunakan untuk kegiatan berlangsungnya kehidupan. Pada masyarakat Banjar mempunyai alat yang digunakan untuk bertani, yaitu parang cangkuk untuk menebas, parang Duyung untuk merumput di sawah, parang Lantik untuk menebas pepohonan yang kecil, Belayung untuk menebang pohon yang besar, dan Parang Bungkul untuk memotong benda-benda yang cukup besar. Selain alat-alat yang digunakan sehari-hari, masyarakat memiliki alat transportasi yang dijadikan tranportasi utama mereka adalah jukung yang menjadi sarana trasportasi sungai.
Sistem Religi
Sistem religi merupakan suatu kepercayaan yang diyakini yang dianut oleh seseorang atau masyarakat. Mayoritas agama masyarakat Banjar yang terletak di Kota Banjarmasin, Kalimantan adalah agama Islam. Namun kepercayaan yang dianut sebelum masuknya agama, masyarakat Banjar memiliki sistem kepercayaan terhadap pemujaan nenek moyang yang telah meninggal dan makhluk gaib di sekitarnya atau yang dikenal dengan animisme. Hal itu tentu saja mengingatkan kita pada pengaruh dari agama Hindu dan Islam. Mungkin bentuk-bentuk pemujaan nenek moyang dan aspek-aspek animisme dari kehidupan keagamaan masyarakat Banjar, yang kadang-kadang masih muncul, adalah sisa-sisa dari kepercayaan mereka dahulu
Keseluruhan kepercayaan yang dianut orang Banjar menurut beberapa Sejarawan Banjar telah dibedakan menjadi tiga kategori. Yang pertama ialah kepercayaan yang bersumber dari ajaran Islam. Isi kepercayaan ini tergambar dari rukun iman yang ke enam. Kedua, kepercayaan yang berkaitan dengan struktur masyarakat Banjar pada zaman dahulu, yaitu pada masa sultan-sultan dan sebelumnya. Orang-orang Banjar pada waktu itu hidup dalam lingkungan keluarga luas, yang dinamakan bubuhan dan juga bertempat tinggal dalam lingkungan, bubuhan pula. Kepercayaan demikian ini selalu disertai dengan keharusan bubuhan melakukan upacara tahunan, yang biasa dinamakan sebagai aruh tahunan. Ketiga, kepercayaan yang berhubungan dengan beragam tafsiran dari masyarakat atas alam lingkungan sekitarnya, yang mungkin adakalanya berkaitan pula dengan kategori kedua.kepercayaan. Untuk kategori pertama mungkin lebih baik dinamakan kepercayaan Islam, kategori kedua kepercayaan bubuhan dan kategori ketiga kepercayaan lingkungan.
Mata Pencaharian
Sistem mata pencaharian merupakan kegiatan sistematis yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengolah suatu sumber daya agar dapat difungsikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masyarakat Banjar dikenal dengan julukan masyarakat air karena adanya pasar terapung, tempat perdagangan hasil bumi dan kebutuhan hidup sehari-hari di sungai-sungai kota Banjarmasin, ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.
Masyarakat Banjar yang tinggal di daerah pesisir sungai mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai pedagang. Perdagangan yang dilakukan di pasar terapung biasanya menjual kebutuhan hidup sehari-hari, seperti hasil bumi, hasil perikanan dan kerajinan tangan. Pada pasar terapung, aktivitas jual-beli di atas sungai dengan menggunakan jukung (perahu) alat transporatasi air khas masyarakat banjar yang unik. Perahu berdesak-desakan satu sama lain, mencari pembeli dan penjual yang selalu berlalu-lalang di atas sungai. Kebanyakan pedagangnya adalah perempuan. Mereka biasanya mengenakan tanggui atau topi caping lebar dari daun rumbia. Menariknya lagi, di pasar terapung ini masih berlaku sistem barter atau bapanduk dalam bahasa Banjar. Selain berdagang, masyarakat Banjar juga bermata pencaharian sebagai berikut:
Pandulanga, pekerjaan yang dilakukan oleh orang atau sekelompok orang dengan mendulang batu permata atau berlian, di Banjarmasin dikenal dengan pendulang intan. Masyarakat Banjar masih menggunakan teknik tradisional dalam mendulang intan, dengan linggangan.
Panurih, pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat Banjar yang sebagian besar tinggal di daerah kebun karet. Mereka bekerja dengan cara memanen getah dari pohon getah.
Paamasan istilah yang digunakan bagi masyarakat Banjar yang menjadi pedagang emas, namun bisa juga merujuk pada seseorang yang memiliki keterampilan untuk meluluh emas menjadi perhiasan.
Kesenian
Pencak Silat Kuntau Banjar adalah ilmu beladiri yang berkembang di Tanah Banjar yang merupakan hasil percampuran budaya. Pada zaman kemashyuran nusantara Melayu, keterikatan Masyarakat Kalimantan dengan keturunan Cina Kuantong melahirkan Beladiri Kuntau yaitu gabungan dari perkataan KUN yang bermaksud “jadi” dan TAU yang membawa arti “isyarat”. Tujuan kuntau pada waktu itu, sebagai bekal bagi pendekar untuk melawan penjajah Belanda. Setelah Seni Kuntau ampuh digunakan dalam melawan penjajah Belanda, Kuntau berkembang menjadi warisan tradisi yang dibanggakan masyarakat Banjar. Asal usul seni Kuntau ternyata perpaduan gerak seni yang berkembang bersama pendatang China dan Taiwan yang membawa ciri khas beladiri mereka Kun Tao. Kuntau diajarkan secara tertutup, sehingga sekarang tak banyak praktisinya. Sementara atraksi atau demonstrasi Kuntao kerap ditampilkan pada berbagai seremonial masyarakat, salah satu nya resepsi perkimpoian.
Ciri khas Kun tao sejak zaman dulu adalah latihannya yang masih tertutup terbatas hanya pada suatu daerah, keluarga, kampung, maupun suatu kelompok tertentu saja, dan belum tentu bermuara kepada teknik-teknik yang terdapat dari biara Shaolin. Bahkan sampai sekarangpun masih banyak terdapat aliran Kun Tao yang menutup diri maupun menyembunyikan inti dari ilmunya kepada orang lain di luar lingkungan mereka. Gerakan-gerakan yang terdapat dalam Kun Tao banyak yang unik dan terkesan asing oleh praktisi beladiri lain. Kun Tao bukanlah teknik yang dipertunjukkan secara indah. Tapi Kun Tao adalah ilmu yang sesuai dengan jalan alam dan sangat dahsyat serta bertenaga. Intensitasnya adalah untuk mengambil kendali terhadap serangan lawan dan melawannya secara cepat.
Bagaimana nih readers sudah mengenal 7 unsur-unsur universal Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan yang memiliki ciri khas yang unik dan sejarah dari masing-masing unsurnya nih. Sebagai generasi penerus bangsa wajib banget untuk kita saling menjaga budaya yang sudah diwariskan oleh nenek moyang sebagai identitas bangsa agar nantinya budaya tersebut masih lestari sampai anak cucu nanti. Sudah sepatutnya untuk mengetahui dan mempelajari budaya-budaya yang ada di Indonesia ya readers, karena dengan mengenal kita menjadi tahu dan dapat mewarisi kebudayaan itu, jangan sampai budaya yang diwarisi hilang begitu saja apalagi sampai diakui oleh bangsa lain karena kita tidak melestarikannya. Readers semangat untuk mengenal kebudayaan dan melestarikannya yaa… sekarang bertambah deh pengetahuan tentang budaya yang ada di Banjarmasin. Mampir terus ke blog ini ya readers karena akan ada banyak lagi kebudayaan yang akan dikenalkan kepada kalian.
DAFTAR PUSTAKA
Adriawati, Nida. (2009). Sistem Religi Banjar.
https://nidaadriawati04.wordpress.com/2009/04/02/sistem-religi-banjar/ (diakses pada tanggal 29 Januari 2022 pukul 16.09 WIB).
Anantasia, Liberta. (2021). Mata Pencaharian Masyarakat Banjar.
https://rri.co.id/banjarmasin/1872-humaniora/1269127/mata-pencaharian-tradisional-masyarakatbanjar?utm_source=news_main&utm_medium=internal_link&utm_campaign=General%20Campaign (diakses pada tanggal 30 Januari 2022 pukul 13.29 WIB).
Arisandi, Deni. (2010). Sistem Organisasi Masyarakat Banjar.
https://deniarisandi.wordpress.com/2010/10/05/organisasi-masyarakat-banjar/ (diakses pada tanggal 29 Januari 2022 pukul 16.32 WIB).
Edodoedogawa. (2014). Kuntau Seni Beladiri Tradisinal Banjar.
https://www.kaskus.co.id/show_post/52f751a817cb178a648b4625/384/kuntau-seni-beladiri-tradisonal-banjar (diakses pada 30 Januari 2022 pukul 14.02 WIB).
Fitri. (2013). Unsur-unsur Kebudayaan Suku Banjar.
http://vvitizue.blogspot.com/2013/02/unsur-unsur-kebudayaan-suku-banjar.html?m=1 (diakses pada tanggal 29 Januari 2022 14.54 WIB)
Komentar
Posting Komentar