7 UNSUR KEBUDAYAAN UNIVERSAL PALEMBANG

Hai semangat untuk pembaca, terimakasih yaa sudah mengunjungi blog ini. Saya Aisyah Nur Maidah penulis untuk artikel di blog kali ini, merupakan murid sekolah menengah atas dari SMAIT PUTRI ALHANIF kelas XI IIS 1. Pada artikel di blog kali ini, Aisyah mengambil judul 7 unsur kebudayaan universal Palembang. Aisyah akan memberikan informasi-informasi unik tentang kebudayaan yang ada di Palembang yang nantinya dapat bermanfaat dan menambah wawasan tentang budaya Indonesia untuk dilestarikan agar selalu terjaga dan tetap menjadi identitas bangsa dan budaya Indonesia. 7 unsur kebudayaan universal Palembang sebagai berikut: 

  1. Bahasa


Bahasa Palembang mempunyai dua tingkatan, yaitu baso Pelembang alus atau bebaso dan baso Pelembang sehari-hari. Baso Pelembang alus dipergunakan dalam percakapan dengan pemuka masyarakat, orang-orang tua, atau orang-orang yang dihormati, terutama dalam upacara hukum budaya. Bahasa ini berakar pada bahasa Jawa karena raja-raja Palembang berasal dari Kerajaan Majapahit, Kerajaan Demak, dan Kerajaan Pajang. Itulah sebabnya perbendaharaan kata Baso Pelembang Alus banyak persamaannya dengan perbendaharaan kata dalam bahasa Jawa.

Sementara itu, baso sehari-hari dipergunakan oleh wong Palembang dan berakar pada bahasa Melayu. Dalam praktiknya sehari-hari, orang Palembang biasanya mencampurkan bahasa ini dan bahasa Indonesia (pemilihan kata berdasarkan kondisi dan koherensi) sehingga penggunaan bahasa Palembang menjadi suatu seni tersendiri.


  1. Sistem Pengetahuan


Kebudayaan menenun songket merupakan salah satu aset budaya daerah Palembang yang sangat berharga. Menenun songket merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Palembang yang merupakan warisan turun temurun yang pengetahuan dalam membuat songketnya diajarkan oleh pengrajin tenun, namun sekarang tradisi ini hanya dilakukan beberapa kelompok masyarakat saja.  Songket Palembang diwariskan secara turun temurun. 

Suatu ragam hias atau motif kain tenun songket, pengrajin tenun dapat membuat motif sendiri, melainkan dipandu oleh orang tertentu, biasanya orang pengrajin tenun tinggal melaksanakan dan mengikuti pola motif yang telah ditentukan. Pada perkembangannya, pemilihan motif songket tidak lagi tergantung pada kedudukan seseorang dalam masyarakat, selain telah disesuaikan dengan fungsinya. Jadi setiap orang boleh memakai motif songket apapun menurut selera masing-masing dan pengrajin dapat mengembangkan motif sesuai ide kreatifnya.


  1.  Organisasi Masyarakat


Organisasi masyarakat merupakan sistem yang mengatur struktur kekerabatan atau kelompok masyarakat. Adapun sistem pewarisan gelar yang terdapat di Sumatera Selatan yaitu menganut garis patrilineal (ayah/laki-laki). Artinya gelar tersebut hanya boleh diwarisi seseorang jika ayahnya merupakan keturunan dari si pemegang gelar tersebut.


Gelar-gelar yang dipakai adalah sebagai berikut:

·      Raden disingkat (R) gelar laki-laki dan Raden Ayu (R.A) gelar wanita.

·      Masagus disingkat (Mgs) gelar laki-laki dan Masayu (Msy) gelar wanita.

·      Kemas disingkat (Kms) gelar laki-laki dan Nyimas (Nys) gelar wanita.

·      Kiagus disingkat (Kgs) gelar laki-laki dan Nyayu (Nya) gelar wanita.


Mengenai pemakaian gelar Ratu, gelar ini biasanya diberikan kepada Putri Raja yang naik tahta atau Permaisuri (Istri raja) yang disebut dengan Panggilan Ratu Agung atau Ratu Sepuh. Selain itu gelar ini juga diberikan kepada keempat isteri pendamping, karena pada umumnya raja memiliki istri lebih dari satu tetapi bukan selir.Selain Ratu Sepuh ratu-ratu yang lain diberi gelar tambahan/memiliki panggilan tersendiri seperti Ratu Gading, Ratu Mas. Ratu Sepuh Asma, Ratu Ulu, Ratu Ilir, dsb).


  1. Peralatan Hidup Dan Teknologi


Peralatan hidup dan teknologi merupakan alat-alat yang diciptakan masyarakat setempat yang digunakan untuk kebutuhan hidupnya. Masyarakat Palembang memiliki ciri khas pada peralatan hidup yang diciptakannya, yaitu Cap Garpu. Cap Garpu merupakan jenis senjata tajam berbentuk pisau di mana dulunya pisau ini sering di pakai sehari-hari yang di selipkan di pinggang ataupun di kaos kaki dengan dalih untuk menjaga diri apalagi dulu terkenal sekali dengan “Tujah”, atau saat acara-acara panggung hiburan dan hajatan yang juga di kenal dengan “Sengol Basah”.

Di Sumatera Selatan sendiri banyak pengerajin (pandai besi) yang membuat Cap Garpu ini baik dengan kulitas rendah sampai dengan kualitas yang mendekati barang import, di pasar-pasar di kota Palembang banyak kita dapati penjual Cap Garpu ini dari kisaran 20 ribuan sampai dengan harga 300 ribuan.  Banyak ukuran dari Cap Garpu ini dari yang kecil (6 Dim = 16 Cm/ 6 Inchi) sampai ke paling besar yaitu 12 dan 16 Dim (12–16 Inchi), ukuran Dim (Dari kata Decimeter) sering di pakai, semakin besar pisau tersebut sepertinya akan semakin garanglah yang membawanya.



  1. Sistem Religi

Mayoritas masyarakat Palembang menganut agama Islam namun sebelum Islam masuk ke Palembang, Masyarakat Sumatera Selatan menganut agama Budha yang dibawa oleh Kerajaan Sriwijaya pada masa kejayaannya.  Sebelum masyarakat Palembang mengenal adanya agama, mereka meyakini bahwa adanya naga atau kepercayaan terhadap hewan yang dinamakan dinamisme. 

Walaupun naga tidak dijumpai dalam kehidupan nyata, namun makhluk naga seolah hadir dalam kepercayaan masyarakat Palembang (mitos).Perlu dijelaskan di sini bahwa menurut sifatnya ornamen naga tergolong dalam ornamen stilasi. Naga tergolong dalam ornamen binatang atau makhluk imajinatif, Ornamen binatang untuk menyusun atau pembentukannya dapat dilakukan dengan cara meniru, menggayakan, mendistorsikan, atau mendeformasikan keseluruhan dan/atau sebagian organ tubuhnya. Penjelasan tersebut dapat digunakan sebagai acuan bahwa berbagai bentuk naga pada ornamen naga di Palembang dijumpai dalam bentuk yang merupakan hasil menggayakan atau mendistorsikan dari sebagian atau seluruh badan naga. Tentunya semua dapat dipahami dari latar belakang budaya Palembang yang jika melihat kebelakang adanya percampuran etnik dan budaya Cina (akulturasi), sehingga perkembangannyapun berlanjut pada konsepsi pola pikir masyarakat Palembang yang percaya akan hewan mitologi naga tersebut.

  1. Mata Pencaharian


Palembang  berada di dataran yang bertopografi relatif datar dan rendah. Hanya sebagian kecil wilayah kota yang tanahnya terletak pada tempat yang agak tinggi. Sebagian besar tanah adalah daerah berawa sehingga pada saat musim hujan daerah tersebut tergenang. Ketinggian rata-rata antara 0 – 20 m dpl. Sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Selain bertani masyarakat Palembang bermata pencaharian sebagai pedagang, pengrajin besi dan emas, bertenun, nelayan dan pembuat peralatan nelayan.


  1. Kesenian


Songket Palembang adalah salah satu karya budaya dari Sumatra Selatan yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia pada tahun 2013 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Songket kerap dikaitkan dengan Kemaharajaan Sriwijaya sebagai asal mula tradisi songket berasal, beberapa jenis Songket yang populer pun tak lepas dari lokasi-lokasi yang pernah berada dibawah kekuasaan Sriwijaya, salah satu lokasi dominan yang juga diyakini sebagai ibukota Kemaharajaan Sriwijaya di masa lampau yakni Palembang, yang terletak di Sumatra Selatan. Selain Palembang, beberapa daerah di Sumatra juga menjadi lokasi penghasil Songket terbaik dalam kelasnya, yakni meliputi daerah-daerah di Minangkabau atau Sumatra Barat seperti Pandai Sikek, Silungkang, Koto Gadang, dan Padang. Di luar Sumatra, kain songket juga dihasilkan oleh daerah-daerah seperti Bali, Lombok, Sambas, Sumba, Makassar, Sulawesi, dan daerah-daerah lain di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA



Astuti Merina. (2013). 7 Unsur Universal Masyarakat Palembang. http://merinaastuti.blogspot.com/2013/04/7-unsur-universal-masyarakat-sumatera_19.html (diakses pada 30 Januari 2022 pukul 19.15 WIB).


Kahfiehudson. (2011). Kebudayaan Palembang.

http://kahfiehudson.blogspot.com/2011/06/pengertian-budaya.html?m=1 (diakses pada tanggal 29 Januari 2022 pukul 21.55 WIB). 


Kunian, Decky. (Tanpa Tahun). KEBERADAAN DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT PALEMBANG TERHADAP HEWAN MITOLOGI “ NAGA”. Palembang: Univeritas PGRI Palembang Press. https://media.neliti.com/media/publications/325790-keberadaan-dan-kepercayaan-masyarakat-pa-8207e399.pdf ( diakses pada tanggal 30 Januari 2022 pukul 17.43 WIB).


Niken. (2019). Kain Songket.

https://www.tribunnewswiki.com/2019/07/12/kain-songket (diakses pada tanggal 29 Januari 2022 pukul 22.17 WIB). 


Tanpa Nama. (2021). Bahasa Palembang. 

https://p2k.itbu.ac.id/en3/3059-2950/Palembang_62884_palembang-itbu.html (diakses pada tanggal 29 Januari 2022 pukul 21.39 WIB).




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unsur Kebudayaan Kota Ambon

MENGENAL KERAGAMAN DAN KEBUDAYAAN DI NTT (Nusa Tenggara Timur)